Aduh sedang jauh memikirkan diri sendiri 4-5 tahun kemudian. Padahal harusnya ngerjain tugas dan persiapan UTS :(
Rasanya pengen cepet-cepet lulus SMA (padahal baru masuk ya, hehe), abis percuma aja kalo masa yang katanya paling bahagia ini gabisa dinikmatin dengan semestinya. Mungkin pernyataan 'Masa SMA adalah masa yang paling bahagia' bergeser menjadi 'Masa SMP adalah masa yang paling bahagia' hmm ya ya bisa jadi.
Kalau diinget-inget, kira-kira selama 9 bulan gue di
Terus kalo dipikir-pikir lagi, pengen banget rasanya bisa me-manage waktu dengan sempurna, biar gak berharap punya 30 jam dalam sehari terus, biar gak berharap dengan tidur 1 jam bisa melek 2 hari. Pengen bisa nentuin prioritas yang paling tepat, biar antara yang paling penting, penting, sebenernya penting, dan gak penting, gak campur aduk yang akhirnya malah bikin panik.
Dalam me-manage waktu dan nentuin prioritas itu juga pasti gak akan jauh-jauh dari temen-temen yang kooperatif, bersyukurlah kalian yang punya temen kayak gitu, manfaatkan dengan sangat sangat baik, bukan dalam hal buruk tapi buat kebaikan, contohnya tugas kelompok :) Tapi buat yang dapet temen kelompok yang apes, harus sering sabar aja, tantangan banget biar bisa bikin mereka semua kerja, duh butuh skill juga, yaudahlah ya.
Dan kalo kita, contohnya gue, sering ngeluh masalah kurang waktu hehe sebenernya sih udah pernah baca, tapi susah banget mau diterapin. Kita harus bikin sendiri 'waktu' itu, hah maksudnya? Ya kan sering tuh bilang, kalau ada waktu mau ini ah, kalau ada waktu mau itu ah, kita ga akan bisa ngelakuin itu semua kalo kita gak bikin atau meluangkan waktu buat ngerjain itu, tapi serius belum bisa-bisa :(
Terus ya hmm liat kakak kelas yang keterampilan me-manage waktunya subhanallah sekali, bikin iri maksimal banget. Antara organisasi yang nuntut deadline, tugas sekolah yang mati satu tumbuh seribu, kegiatan di rumah, persiapan OSN, ODOJ (one day one juz, hayo siapa yang ikutan juga?) beserta utang-utangnya, it seems like they could overcome. Malah sempet liat juga, di sela-sela itu masih bisa baca novel, duh liatnya pengen nangis :')
Kenapa mereka bisa sedangkan gue masih stuck gini-gini aja, sambil meratapi semua list yang mau dikerjain, gak mulai-mulai saking bingungnya harus mulai darimana :')
Kadang malah jadi kesel sendiri, mau marah tapi bingung mau marah ke siapa, toh sebenernya kesalahannya ada di diri sendiri kok.
Baru-baru ini, seorang psikolog bilang ke gue,
"Analoginya seperti ini, banyak orang di dunia, contohnya 'dia', dia punya setiap hal yang dia mau untuk menunjang penampilan; jam, baju, kacamata, sepatu, celana, ikat pinggang, gelang, kalung, cincin, dsb. Tapi dia memakainya di tempat yang salah, celana di kepala, gelang di telinga, kalung di kaki, baju di tangan, dsb. She thinks she's the one who is right, dan dia gak peduli, setidaknya dia punya semua yang dia mau, meskipun dia ngerasa ada sesuatu yang salah. Orang-orang yang ngeliatnya jadi aneh, alhasil malah ngejauhin, tapi kita gak bisa nyalahin orang-orang, mereka seperti itu karena dia yang bertindak agak menyimpang. Ya itulah, kadang orang-orang gak sadar akan dirinya sendiri."
"Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak."