Friday, September 2, 2022

The smell.

Dealing with trauma and pain was never easy. 

...

Sakitnya masih ada?

Masih.

Coba bayangin, ya, kita di dalam ruangan dimana di sana ada benda yang berbau dan kita gak suka baunya. Kita akan gimana?

Ya, gak suka. Bau.

Sejam di sana kira-kira gimana?

Yaaa masih gak enak, sih.

Tapi kira-kira baunya masih semenyengat pertama kali gak?

Mungkin engga.

Kok bisa ya? Bendanya masih di sana, baunya masih di sana, tapi respon kita berbeda? Sama kaya rasa sakit, kita tidak pernah benar-benar bisa menghilangkan sakitnya, dia tetap masih ada di sana, tapi kita yang menjadi terbiasa.

...

Setelah dicoba dan dirasakan sendiri, memang benar, kan? Jika kita melihat hal-hal yang membuat hati berat, mungkin dulunya sakit sekali tapi kini bisa diingat sambil tertawa. Sakitnya tetap masih di sana, masih ada di dalam kita, tapi kita menjadi terbiasa dan sakitnya hidup bersama kita. Berarti kesalahan kita yang pertama adalah mencoba menghilangkan sakitnya.

Don't think an elephant. Proses kognitifnya emang gitu, Nas. Kita akan pikirin apa yang kita coba hilangkan. Distraksi itu jawaban paling masuk akal.

Kepada siapapun yang kini berada dalam ruangan berbau, you are loved and this too shall pass.

No comments:

Post a Comment