This is late, but I participated in an election for the first time about two weeks ago. Ternyata menyenangkan sekali memilih pemimpin dengan suara sendiri. Since I currently at my grandma's, so I got home early in the morning.
I had to take the public transportation. Considering everybody wanted to use their voice, jalanan cukup kosong dan sulit mencari kendaraan yang mau saya naiki, but luckily I found one.
Hanya ada tiga orang di dalam kendaraan itu; saya, seorang mbak-mbak duduk di depan, dan bapak supir.
Bapak supir tersebut langsung bertanya kepada saya begitu saya duduk,
"Gak nyoblos, Neng?"
"Ini saya mau nyoblos, Pak, makanya pulang dulu."
Kemudian bapaknya nanya ke mbak-mbak yang duduk di sampingnya.
"Kalo nengnya, gak nyoblos?"
"Oh, saya udah, Pak. Kan udah dikasih duit, masa gak nyoblos?"
Dang.
Baru pertama kali dengar langsung tentang main uang ini dari orang yang mengalaminya. Selama ini saya kira cuma sekadar kisah legend yang datangnya setiap pemilihan. Ternyata sungguhan ada dan masih ada.
Kemudian percakapan antara mbak-mbak dan bapak supir berlanjut. Saya diam saja menyimak. I guess I was not in the mood to join that conversation, walopun biasanya hati ini sangat bergejolak untuk jbjb hehe. But no, hari itu saya memutuskan untuk mendengarkan saja.
"...iya ini, Neng. Saya mah jalan aja, kasian penumpang yang mau naik barang satu dua orang juga kalo gak ada kendaraan yang lewat kan kasian. Nengnya mau kemana?
"Iya ini saya mau ke tempat kerja, kan mau resign"
Dalam hati saya, "Ooo, mbaknya sudah kerja dan mau resign."
"... dulu saya lama kerja di laut, Neng."
"Oh iya, Pak? Katanya kalau yang kerja di laut gitu, kalau ada yang mati langsung dibuang ke laut, Pak?"
"Iya. Kan lama, Neng, kalo di laut mah bisa tiga bulan, empat bulan. Kalo dibiarin mah keburu bau."
Saya di belakang mangut-mangut mendengarkan.
Percakapan masih berlanjut membahas mengenai Australia, Bahasa Jepang, dan lainnya, hingga ada pengendara motor yang mendekat dan membunyikan klakson. Kemudian kendaraan perlahan merapat ke kiri jalan. Motor tersebut juga berhenti di depan kendaraan, kemudian pengendaranya turun memberikan sebuah bungkusan dan beberapa lembar uang.
"Itu siapa, Pak?"
"Biasa itu yang suka nitipin jualan. Kasian gak ada yang ngangkut berarti dari tadi. Atuh gak ada yang jalan kayanya."
Ternyata pengendara tersebut biasa menitipkan jualannya kepada kendaraan umum tersebut untuk di antarkan ke tujuan akhirnya.
Kendaraan mulai melaju kembali dan percakapan berlanjut.
Tak lama saya mulai mengantuk karena pagi itu saya harus bangun pagi agar bisa sampai lebih cepat di rumah. Kemudian, saya pun tertidur sambil didongengi oleh percakapan kedua orang tersebut. Long story short, saya pun berhasil sampai rumah untuk menggunakan hak suara saya. Dan sorenya saya harus kembali ke rumah nenek, karena esoknya sudah harus kembali beraktivitas.
Yang saya tahu, hari itu terasa lebih lama dari biasanya.
Seandainya setiap hari bahagia terasa seperti itu untuk dinikmati.
We need to listen more, to hear more stories and live in it.
Malam piala dunia, Juli 2018.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment