Sunday, June 17, 2018

Bakwan.

Bad quality pardon me.

This is the middle of June already,
and Ramadhan,
and Eid.

I hope this is not too late to share what I had this Ramadhan.
So, my last day at work before taking my job leave got me think and be grateful for what I have. It was almost 5 pm in a nice afternoon because I already smelled home when my friend, Rani, said the most random thing I've ever heard this year.

"Nas, kita ke stasiun naik bajaj aja."

I thought she was kidding and we could order go-car instead but she was not.

So, we did take the bajaj to the train station. It was actually nice mengingat saya lupa kapan terakhir naik bajaj. Mungkin saya bakal naik lagi kalo ada temennya, lumayan 15000 for two in a rush hour daripada naik go-car atau go-jek. We arrived in front of the train station dan jiwa jiwa lapar mulai bermunculan since kita bakal buka di kereta. Yep I took the train from Tebet to Bogor and it spend more than an hour.

We decided to buy some gorengan pinggir jalan.

"Ini berapaan, Pak?" terus saya dikacang sama abang abangnya karena beliau lagi ngelayanin lapak satunya. Beliau punya dua lapak; lapak gorengan dan lapak batagor.

Kebetulan lagi ada pembeli lain, dua bapak-bapak. Terus saya dijawab sama salah satunya, "Seribu dek yang itu, ya kan bang?"

"Oh iya, Pak."

"Ambilnya yang di bawah, Dek, yang di atas kena debu soalnya ga ditutupin."

"Iya, Pak."

So I took bakwan and lontong dan bertanya kembali ke abang abangnya, "Segini jadi berapa, Bang?" Terus yang jawab bapak bapaknya lagi, "Kok cuma segitu? Mana kenyang! Ambil lagi nanti sekalian sama saya aja ini."

Long story short, gorengan saya dan Rani dibeliin bapak bapak tadi and we both are just happy kaya anak TK dikasih permen hehe.

Ternyata tidak perlu uang banyak to make others happy, isn't it?
Semoga bapak-bapak yang kemarin sehat dan bahagia selalu.


Mohon maaf lahir batin.
Eid day 3.

Saturday, March 17, 2018

The eyes.

Not mine.

Jam dinding menunjukkan angka satu, di sebuah kedai kopi 24 jam. Di luar gelap. Setelah menceritakan dan mendengar sepenggal kisah, dua manusia meneguk kopinya masing-masing. Malam masih panjang. Kini keheningan menjadi jarak antara mereka. Sang wanita menatap rambut teman bicaranya yang kini berantakan. Sang lelaki memutar sendok di dalam gelas miliknya sambil menatap ke tepian meja.

"Kenapa?" tanya sang wanita.
"Tidak apa-apa."

Sang lelaki melanjutkan ceritanya. Namun, sebenarnya hanya ada satu hal yang ia lakukan sedari tadi. Berusaha untuk tidak menatap mata lawan bicaranya. Sesekali cerita terpotong olehnya yang menelan ludah dalam-dalam. Masih tidak berani menatap sepasang mata yang kini ia tahu sedang menatap wajahnya. Ia takut.

Baginya, mata adalah jendela untuk melihat dunia. Namun, mata jugalah yang mempersilakan dunia melihat apa yang ada di dalam dirinya. Ia tidak mau. Ia tidak sedang baik-baik saja. Satu-satunya hal yang ia pikirkan hanya bagaimana cara agar wanita dihadapannya tidak tahu. Bahwa, di dalam dirinya tersimpan rahasia paling berharga, tentang sebuah titik persimpangan antara dua cerita, tentang mereka.

"By the way, tahu gak, sih? Lama-lama gigi kita kuning dan kantung mata kita punya kantung mata, kalau begini terus," sang wanita memotong cerita sang lelaki.

Sang lelaki tertawa menanggapi sosok dihadapannya. Namun, seketika ia berhenti. Ia telah melakukan kesalahan paling fatal seumur hidupnya.

"Matamu bagus."

...


17 Maret.
Malam minggu.

Monday, March 12, 2018

People.

Dicari hunting buddy karena temanku sedang abroad, yang satunya sibuk ujian :(

Sebuah pertanyaan,

"Bagaimana cara untuk merespon suatu kabar bahwa sosok yang dijadikan panutan olehmu, gagal melakukan apa yang dia contohkan kepadamu?"

Karena pada dasarnya, satu-satunya kerugian yang dapat saya alami hanya ketakukan untuk menjadi sama sepertinya, gagal sepertinya.
Tapi bagaimana hal itu menjadi sebuah 'hanya', ketika tidak ada yang dapat memberikan jaminan esokmu akan baik baik saja?

Kemudian ia menjawab,
"Berhentilah mengidolakan manusia."
"Lho, kenapa?"
"We all make mistakes. Jangan berharap apapun sempurna kalau tidak ingin kecewa."


Selamat hari Senin.