Thursday, October 23, 2014

Baper

Kangen masa tanpa alasan?

Emangnya kalo kangen harus butuh alasan?

Ya iyalah, kangen itu beda sama cinta

Siapa bilang sama?

Iya makanya harus pake alesan, dong

Tapi kalo kenyataannya gak ada gimana?

Kangenmu dusta

Kan gak harus semuanya punya alasan

Gak mungkin gak ada, pasti ada.

Jadi sebenernya kangen itu apa? Sinonim rindu?
Hanya masalah waktu. Kangen ada di saat yang ada kemudian pergi, atau kangen yang dirasa saat diri yang pergi. Terkadang pergi akan menjadikannya lebih baik, tapi kadang tak baik. Dan terlebih, semua pelajar tahu, pergi dengan pamit akan tinggalkan kenangan, yang pergi tanpa pamit akan tinggalkan guratan, tapi keduanya menebar rindu di setiap sudut waktu yang diagungkan. Kamu pergi dengan cara yang mana?

Wah parah lu gak pamit

Emang engga pamit kok

Wah parah kan

Ya karena emang gua gak mau pergi.

Wednesday, October 15, 2014

Yang Tertunda

Mau ulangan kedua ekonomi besok, sambil berharap-harap supaya nilai gak terjun bebas, tapi baru buka buku selarut ini.  Tiba-tiba kaget, ada yang muncul tanpa undangan.


Baru inget, ternyata gambarannya Rifqi tadi siang.

Cik, buku lu gua pinjem ya, mau gambar-gambar, gapapa kan?

Kirain gambar siklus, mind map, atau semacamnya, ternyata malah gambar itu. Aduh, Qi :')

Sejujurnya cukup nampar, di saat bingung mau kemana dan bingung mau lanjut atau engga.  Dan selebihnya nyadarin kalo gue masih punya satu hal yang at least bisa gue perjuangin, dalam waktu dekat ini, walaupun gak bisa dipungkiri, yakinnya udah ngurang sekian persen tiap hari.

Terima kasih sejumput semangat dari punyamu yang menggebu tiap pagi, Qi.
Semoga tahun depan bawa pulang cerita lucu dan medali,
aamiin.

Sunday, October 12, 2014

Clapperboard.


Seorang teman berkutat dengan kata-kata tentang bagaimana hidup ini dipenuhi dengan pilihan.  Karena pilihan yang setiap adanya membawa manusia mengikuti sebuah alur yang entah dari mana asalnya.
It's a choice to be a better person.
It's a choice to smile.
It's a choice to have a cup of hot chocolate not tea.
It's a choice to be loved.
It's a choice too ketika mereka yang ada di belakang tetap ingin di belakang, saat yang lain mencoba berada di depan.  Mereka yang di belakang bukanlah yang terbelakang, bukan yang mengedepankan egoisme dan berlari ke depan bagai sebuah batu loncatan, tapi mereka yang bisa melihat segalanya dan melakukan segalanya, tanpa semua orang harus tahu, diri sendiri dan Tuhan saja sudah lebih dari cukup.

Mereka yang di belakang adalah contoh keikhlasan paling indah, tanpa pamrih yang busukkan tulus lalu mencair dan menguap. Mereka yang di belakang adalah pemegang kendali setelah Tuhan yang sebenarnya, mengarahkan yang di depan, tetap dari sudut pandang mereka yang nampaknnya semakin baik.  Dan ketika yang di depan mendapat sambutan dan tepuk tangan paling kencang, mereka yang di belakang akan tersenyum puas dengan hati riang tiada dua meski melihat orang lain menganggap depan adalah segalanya, tapi hanya beberapa orang pintar bergigi kuning dan tidak rata, yang tahu bahwa kunci sebenarnya terpusat pada mereka yang menatap punggung-punggung para pemain peran.

Orang lain tak perlu tahu, siapa yang berpeluh lebih banyak, menangis lebih banyak, merangkak lebih banyak, dari mereka yang tersenyum paling lebar di hadapan setiap orang.

Tapi masa bodoh dengan apa yang orang lain ucapkan tentang kehebatan mereka yang tunjukkan topeng-topeng indah, dengan ukiran khas bertempel batu permata, meski dengan napas tersengal, mereka yang di belakang akan selalu seperti itu.  Dan mereka yang ada di belakang akan terus pertahankan kedudukannya, maka aku pun begitu.

Salamku untuk mereka yang menggoreskan tinta pada layar dari belakang,
dalam perjalananku menjadi bagian dari mereka.