Sunday, October 12, 2014

Clapperboard.


Seorang teman berkutat dengan kata-kata tentang bagaimana hidup ini dipenuhi dengan pilihan.  Karena pilihan yang setiap adanya membawa manusia mengikuti sebuah alur yang entah dari mana asalnya.
It's a choice to be a better person.
It's a choice to smile.
It's a choice to have a cup of hot chocolate not tea.
It's a choice to be loved.
It's a choice too ketika mereka yang ada di belakang tetap ingin di belakang, saat yang lain mencoba berada di depan.  Mereka yang di belakang bukanlah yang terbelakang, bukan yang mengedepankan egoisme dan berlari ke depan bagai sebuah batu loncatan, tapi mereka yang bisa melihat segalanya dan melakukan segalanya, tanpa semua orang harus tahu, diri sendiri dan Tuhan saja sudah lebih dari cukup.

Mereka yang di belakang adalah contoh keikhlasan paling indah, tanpa pamrih yang busukkan tulus lalu mencair dan menguap. Mereka yang di belakang adalah pemegang kendali setelah Tuhan yang sebenarnya, mengarahkan yang di depan, tetap dari sudut pandang mereka yang nampaknnya semakin baik.  Dan ketika yang di depan mendapat sambutan dan tepuk tangan paling kencang, mereka yang di belakang akan tersenyum puas dengan hati riang tiada dua meski melihat orang lain menganggap depan adalah segalanya, tapi hanya beberapa orang pintar bergigi kuning dan tidak rata, yang tahu bahwa kunci sebenarnya terpusat pada mereka yang menatap punggung-punggung para pemain peran.

Orang lain tak perlu tahu, siapa yang berpeluh lebih banyak, menangis lebih banyak, merangkak lebih banyak, dari mereka yang tersenyum paling lebar di hadapan setiap orang.

Tapi masa bodoh dengan apa yang orang lain ucapkan tentang kehebatan mereka yang tunjukkan topeng-topeng indah, dengan ukiran khas bertempel batu permata, meski dengan napas tersengal, mereka yang di belakang akan selalu seperti itu.  Dan mereka yang ada di belakang akan terus pertahankan kedudukannya, maka aku pun begitu.

Salamku untuk mereka yang menggoreskan tinta pada layar dari belakang,
dalam perjalananku menjadi bagian dari mereka.


No comments:

Post a Comment