Tuesday, November 25, 2014

Janji

Malam ini sepi, ya?
Tidak ada bintang,
tidak ada bulan,
jangkrik pun enggan mampir ku sangka.

Sesaat panas, sesaat dingin. Bahkan suhu udara pun tak menunjukkan tanda 'betah' malam ini.

Kemudian jam dinding mulai terdengar berbicara, akhirnya.
Tanda malam ini semakin sepi.
Tapi dia marah-marah,
aku lalai katanya.

Aku tidak lalai, kawan, tidak lagi.
Mungkin terlihat begitu tapi sebenarnya aku hanya lelah menunggu, karena tidak selamanya manusia akan melakukan itu.

Aku berjanji padamu, kawan, aku berjanji.
Aku tidak akan jatuh ke lubang yang sama lagi.

-Pipial, November 2014

Wednesday, November 19, 2014

Red.


Buddy, we all know when the birds prepared themselves migrating to the south, there would be no words left for me, not necessary. This is getting cold, buddy, thinking whether we could pass the winter together or not, even though we know, absolutely know, this is not winter yet but rain came down and hit my windows this afternoon, and what about you?

Buddy, a package arrived in front of my door last week, neatly wrapped with a blank red paper. I once thought it was from you, but in a matter of seconds I knew it wasn't. So, what was so important?
But buddy, there would be no package sent to me from you and on the next day I constantly started to wonder who the sender is and if I wanted to open it, it might happen, open it.

But the problem is when you put a very good package in some 24 hours and keep it save in the drawer, untouched.

And buddy, when all the leaves fell to the ground, I realized.
The thing was someone had opened the package for me, since I knew....

....my letters were not about you anymore.

Sunday, November 2, 2014

Writing Workshop with Izzati (and Fona)

Pada suatu malam (asik), gue lagi free, gak ada tugas, sok-sok gak punya kerjaan dan bingung mau ngapain. Akhirnya gue buka internet dan nulis-nulis gak jelas, kemudian gue terdampar di blognya kak Izzati dan nemu ini


WHOA.
Gue dengan excited-nya langsung pm Fona dan ngajakin ikutan. Alhasil, gue langsung daftar saat itu juga.
Motivasi orang-orang untuk ikutan workshop-nya mungkin:

Wah, asik nih workshop nulis.

Tapi motivasi gua:

Aaaaaa Sri Izzati.

Akhirnya, hari ini, berangkatlah gue dan Fona ke UI buat ikutan workshop ini. Janjiannya, sih, jam 9 di Stasiun Bogor, tapi ternyata Fona ngaret sejam karena abang-abang angkot yang tak mau mengerti lelahnya hati ini (apasih). Kita berdua tetep berangkat kok, walaupun udah telat satu jam dari target awal, dengan asumsi paling pasaran se-Indonesia, pasti ngaret.

Dan gimanapun caranya, akhirnya gue sama Fona sampe tuh di Gedung H Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (eaa check in). Pas masuk auditorium, kita berdua langsung nyari tempat duduk. Sialnya, Fona dapet kursi yang mejanya jelek, jadi yaudahlah ya terima aja.

Materi demi materi tersampaikan, dan pertanyaan demi pertanyaan terjawab. Iri sama Fona karena dia sempet ikutan nanya, lah gue? Kelamaan mikirnya sampe gak jadi-jadi mau nanya-_- Tiba-tiba, muncul gambar durian di layar presentasi. JRENG. Kak Izzati nyuruh para peserta buat bikin tulisan tentang durian. Gue, yang ikutan workshop semata-mata mau nonton Kak Izzati (ya ampun, nas wkwk), langsung kebakaran jenggot detik itu juga. Untungnya, dilanjut break ishoma sekitar pukul 12, tapi cukup merusak break time gue karena harus mikirin tulisan tentang durian apa yang mau gue bikin.

Singkat cerita, workshop dilanjutin dengan sesi menulis tentang durian. Lagi-lagi Fona dapet meja yang gak bener dan detik itu juga gue langsung browsing tentang durian, mau sok-sok berbasis fakta gitu dech.............tapi gak dapet apa-apa. Gue lirik-lirik tulisan Fona, wah kampret udah lancar aja, gue lirik-lirik ke orang di bawah gue, wah anjrit udah setengah halaman. Dan karena otak gue sangat-sangat kosong dan sangat-sangat tidak siap, akhirnya cerita durian gue pun berujung tragis (maafin ya, kak, serius itu sangat tidak layak :') )

Setelah ngumpulin tulisan-tulisannya, para peserta, termasuk gue dan Fona diajak keluar ruangan buat foto bareng. Dan gue bertekad, harus dapet tanda tangannya, harus foto bareng, harus... harus... harus...
.
.
.
.
dan terwujud.


Tapi hari gue belom selesai sampe situ aja. Setelah keluar dari Fakultas Psikologi, gue sama Fona mutusin buat jalan-jalan ke perpus pusat. Terus jalan-jalan gak jelas, nontonin orang mancing sambil ngobrol cantik tentang masa depan. Kalo udah ada di masa depan, pasti akan lebih terasa ya, Fon? Semua ketakutannya, semua khawatirnya. Kita udah sesiap apa?

Dan bermodalkan google map, akhirnya kita lanjut jalan sampe Stasiun Pondok Cina dan naik kereta di sana,
.
.
.
kemudian lanjut ngobrol cantik lagi.

Well, selamat menulis dan jangan pernah berhenti menulis.