Sunday, September 27, 2015

Senang.



Kalau bisa putar waktu. Balasan obrolan berbulan-bulan lalu yang harusnya bukan dijawab dengan jawaban standar 'hehehe':

Senang juga melihat Anda senang.

Sungguh, saya senang melihat Anda senang. Daripada tiba-tiba muncul dengan ekspresi yang harusnya galau nan muram, namun dibalik kacamata seorang yang pandai menyembunyikan, sejujurnya saya tahu benar.

Tapi kesenangan itu akhirnya benar-benar menyadarkan, bukan? Kita ini, dulunya, hanya bagian dari segelintir orang yang memiliki kesamaan dalam hal keinginan jangka pendek. Masalah-masalah yang teramat tidak penting namun menyatukan. Dan ketika kesenangan-kesenangan itu datang, dalam formasi dan kemasan yang berbeda, lantas apalagi yang harus disamakan dan disatukan?

Anda tahu? Sejujurnya saya tidak benar-benar senang. Bukan itu kesenangan yang saya maksud. Maaf saya tidak berterus terang, tapi memang tidak ada yang harus saya utarakan.  Dan kesenangan Anda yang tiba-tiba hadir, cukup mengagetkan, tidakkah Anda tahu? Sesuatu yang datang justru menghapus sesuatu yang telah ada. Tidak ada lagi tawa dan wajah-wajah mengantuk ketika si pendek menunjuk angka tiga dini hari.

Semoga kesenangan saya, seperti yang Anda katakan, bukan alasan bagi Anda untuk cepat-cepat mencari kesenangan itu, yang kini sudah tersaji dengan bumbu-bumbu manis dan aroma yang kecupannya hangat bersandar di pipi.

Semoga kini kesenangan saya terpenuhi sempurna karena melihat Anda senang.
Selamat bersenang-senang.

No comments:

Post a Comment