Terima kasih untuk libur satu hari demi mencari pemimpin kota.
Kabarnya kelas dan tutorial DDP hari itu akan kembali ditiadakan. Saya bisa tidur-tiduran sampai malam atau menonton film hingga sembab.
Hampir 19 tahun saya di dunia, dari satu kota ke kota lain, saya selalu menjadi penduduk yang tinggal di pinggiran Jakarta. Namun, saya tetap punya memori baik tentangnya. Nenek saya membesarkan anak-anaknya di sebuah rumah di Jakarta Utara. Maka dari itu, rutinitas belanja bulanan akan selalu diakhiri dengan menginap di rumah nenek selama akhir minggu.
Di dekat rumah nenek ada lapangan, saya ingat. Di dekat rumah nenek ada penjual-penjual makanan, saya juga ingat. Dibandingkan bermain di lapangan atau membeli jajanan, saya lebih memilih untuk bermain dengan kucing kampung dekat rumah yang pada akhirnya selalu dilarang bunda saat itu.
Namun, setelah rumah nenek dijual, saya tidak pernah lagi tidur menatap langit-langit di bawah atap ibukota dan sekadar berjalan di atasnya. Saya jadi terbiasa memandang ibukota dari sisi-sisinya saja.
Minggu depan, Jakarta akan bertemu dengan pemimpin barunya. Terlepas dari semua hiruk pikuk, konflik, serta ribuan mulut yang bersuara, siapapun yang terpilih, semoga membawa Jakarta kembali ke rumah dan posisinya.
Selamat malam, Ibukota.
Ku titipkan salam untuk Dirgantara.
No comments:
Post a Comment