Kita—yang suka menulis cerita di malam-malam yang kadang sepi, kadang juga ramai—tentu tahu bahwa tidak semua yang kita tulis adalah tentang kita sendiri, tidak semua yang aku tulis adalah kamu. Tidak semua tulisanmu adalah aku.
Aku tahu sekali.
Namun, kita juga tahu, kalau kata-kata tidak sembarang dibuat. Tiap pilihan diksi diracik dengan teka-teki yang kandungannya bisa berasal dari kisahku, kisahmu, orang lain, atau kisah kucing-kucing di rumah yang hobinya bunting melulu. Bisa juga kisah tentang cangkir yang bosan sehari-hari hanya dipajang dan menonton manusia lalu lalang.
Kalau bicara soal kisah yang dikandung di dalam kata-kata, aku juga jadi sadar. Bahwa menulis untuk beberapa orang, adalah sebuah tindakan reaktif akan sesuatu hal. Sebab akibat begitu singkatnya.
Aku mungkin menulis, karena kemarin dapat doorprize seperangkat handuk dari kantor. Ku ceritakan apa warnanya, jumlahnya, teksturnya.
Atau, ku menulis karena si kucing yang hobinya bunting, kemarin melahirkan dua anak lagi, lucu lucu.
Aku juga mungkin menulis, karena kamu.
Tapi pertanyaannya, apakah kamu pernah menulis, karena aku?
Masih awal September.
Ternyata sudah Senin.
No comments:
Post a Comment