Thursday, June 30, 2022

Kacamata.

Not mine.

Aku membasuh wajahku pagi-pagi. Tentu saja terlambat bangun karena malamnya sehabis bertugas sampai larut. Digigiti nyamuk-nyamuk, ah tentu sudah biasa.

Setelahnya, ku siap memulai pekerjaanku. Tapi tunggu dulu, aku lupa, dimana aku menaruh kacamataku? Aku pun mengaduh bukan karena jatuh.

"Aduh, dimana ya?"

Ku cari di sela sela tembok dan dipan kayu. Ku susuri lorong gelap yang berkompetisi dengan ruang rayu. Ku tanya kepada kucingku si manis yang sedang turu. Ah tidak ada juga.

"Aduh, dimana ya?"

Ku pelototi sudut layar laptopku, ah tidak ada. Mukena yang terlipat rapi ku singkap lantas kini berantakan. Ku tetap sibuk mencari seperti jawaban yang tak kunjung ku temukan.

Waktu berlalu dan tidak ku temukan jua. Maka ku putuskan untuk tidur saja. Ku lepas lensa bertangkai dari kepalaku lalu ku taruh di meja kemudian tidur.

Aku sudah lelah, ku cari besok-besok saja.

-Nay

Saturday, June 11, 2022

Bela.

Kaasstengels?

Sudah lama tidak bercerita.

Masih dalam keadaan kulit terbakar dan menggelap sehabis mengikuti kegiatan Bela Negara seminggu kemarin. Salah satu hal yang sulit untuk dihadapi adalah alas bedakmu tidak ada yang cocok karena warna kulitmu akan turun satu atau dua tingkat. Tapi tidak apa-apa, benar-benar setelah dua tahun tidak merasakan disengat matahari begitu lama dan panasnya. Kembali menjadi manusia betulan.

Cukup tentang gosong-menggosong. Beberapa waktu ke belakang sedang kesulitan mencari inspirasi hingga akhirnya ku putuskan mendengar lagu-lagu patah hati karena merekalah yang paling cepat menggerakkan roda dalam kepala supaya benar-benar bekerja. Tapi jadinya tulisanku isinya sedih semua, tidak apalah, ya?

Karena pada dasarnya aku tidak perlu benar-benar sedih dan patah hati untuk menulis puisi kasih yang tak sampai. Kita selalu punya titik-titik dalam memori yang kita simpan dan dikeluarkan jika perlu. Sebagai pengingat, bahwa luka adalah kewajaran, patah hati adalah biasa.

....

Sudah bulan Juni.

2022 sepertinya hobi berlari.