Monday, March 12, 2018

People.

Dicari hunting buddy karena temanku sedang abroad, yang satunya sibuk ujian :(

Sebuah pertanyaan,

"Bagaimana cara untuk merespon suatu kabar bahwa sosok yang dijadikan panutan olehmu, gagal melakukan apa yang dia contohkan kepadamu?"

Karena pada dasarnya, satu-satunya kerugian yang dapat saya alami hanya ketakukan untuk menjadi sama sepertinya, gagal sepertinya.
Tapi bagaimana hal itu menjadi sebuah 'hanya', ketika tidak ada yang dapat memberikan jaminan esokmu akan baik baik saja?

Kemudian ia menjawab,
"Berhentilah mengidolakan manusia."
"Lho, kenapa?"
"We all make mistakes. Jangan berharap apapun sempurna kalau tidak ingin kecewa."


Selamat hari Senin.

Sunday, March 4, 2018

No signal.


Bicara hati siapa yang tahu, biarkan saya mengasumsikan ada seseorang di sekitarmu yang tahu.
Apa yang akan ia lakukan? Memberitahumu? Bertanya padamu? Atau membantu meyakinkanmu, bahwa hal tersebut begitu benar untuk dilakukan?
Atau mungkin ia akan diam dalam 1000 kata yang ia ucapkan, hanya untuk melupakan hal yang sebenarnya tidak ingin ia ketahui.

Pernahkah kamu mengira? Mungkin ini perkara mengenai sinyal sinyal antara kita. Interaksi antarmanusia yang meletupkan sinyal-sinyal di udara. Mungkin sinyal-sinyal itu terlalu kalut dan menjadi buyar, sehingga sampai kepada orang yang salah.

Maka saya ingin bertanya padamu sebaliknya.
Kalau ternyata kamu yang memiliki sinyal-sinyal yang salah itu, apa yang akan kamu lakukan?
Menguburnya hidup hidup atau dibiarkannya merasuk mencabik-cabik hatimu sendiri?

Saya hanya tahu satu hal. Sinyal-sinyal itu terlahir untuk menjadi terlalu kuat untuk dilawan oleh tubuhmu sendiri. Kamu tidak akan sanggup. Seolah menguburnya memang berada pada deretan hal-hal yang mustahil kamu lakukan. Namun, semakin lama kamu menyimpannya, hatimu akan semakin rusak.

Maka, biarkan saya memberi saran. Jika kamu merasa lelah, kamu tetap bisa memilih untuk membiarkannya melakukan itu. Membiarkan dirimu ditelan kegundahan dan sakit teramat sakit. Tetapi kamu akan merasa puas. Kemudian menjadikannya sebagai sesuatu yang pantas untuk kamu dapatkan. Karena melakukan apa yang tidak seharusnya kamu lakukan;
memiliki apa yang seharusnya tidak kamu miliki.

Saturday, February 17, 2018

Resolution.


My lecturer closed my last lecture this week by saying,

...Entrepreneurs in running companies should benefit investor, clients, partners, employees, and themselves....

Perlu diingat, themselves-nya di belakang, ya.


Jadi kalau entrepreneur itu, harus bisa bikin kaya semuanya, memperkaya dirinya terakhir, karena dengan memperbaiki lingkungannya, entrepreneur bisa dapet benefitnya juga.

....

It's February already, but it's never too late for a new year post.

I've never been a fan of 'new years' resolution, but I made it every year. Tidak benar-benar menuliskan segalanya di secarik kertas beraksara indah, besar-besar, berwarna menarik, dan terpajang rapi di dinding kamar. But I kept those 'plans' in mind, just to find out how long it would stay there, lol.

And here is a selfish me dan sudah lupa resolusi memperbaiki diri. Inginnnya semua senang, semua bahagia, tapi inginnya saya yang senang dulu hehe.
Tapi ini mandatory post tahun baru, harusnya penuh dengan senang-senangnya harapan tahun baru, kan? And actually, the idea that you have to wait 365 days to improvise yourself is just ridiculous. You can choose to set goals anytime you want. Jadi, minggu depan saya ingin ikut kelas aerobik, menerima tawaran-tawaran baru, produce more smiles, dan gak batu-batu amat kalau ada yang kasih nasihat.

Selamat Tahun Baru 2018.
Semoga selalu bahagia.
Salam sayang dari hati yang paling kiri.