Monday, February 11, 2013

Malam Ini

Sudah semakin sepi. Entahlah, apakah malam sudah terlalu bosan ku temani terus setiap hari? Dengan cahaya layar yang semakin lama terangnya menusuk-nusuk mata, dengan sebuah buku terbuka tanpa dibaca, serta napas jam dinding yang berbincang dengan tembok-tembok berwarna muda.

Segelas cokelat panas dengan sedikit asap mengepul ku teguk, lidah ku tebakar, biasa. Ku lirik jam yang kini berbisik malu-malu, mungkin ia ingin katakan sesuatu, ini sudah terlalu larut.

Tak seharusnya aku menunggu selarut ini, memang tak seharusnya, tapi apakah salah untuk menjadi lebih sabar dari biasanya? Menjadi lebih baik dari biasanya? Mungkin itu maksudnya.

Ku telusuri layar telepon genggam dari sudut ke sudut, tak ada apapun. Sudahlah, memang sudah seharusnya dibiarkan seperti itu. Sementara emosi memuncak dan ku matikan benda itu, akan ku biarkan membusuk seperti apa yang dimintanya.

Merasa benar untuk mencoba tersenyum, malah pikiranku kacau. Amarah tidak berguna, kau tahu? Dan aku lebih memilih untuk meneguk seduhanku yang terakhir itu, sambil berharap ini tidak akan terulang lagi.

Ku tulis beberapa bait puisi dalam putihnya kertas dan hitamnya tinta, berharap akulah orang yang menemukan kata-kata itu, ku harap begitu. Ku pejamkan mata sekejap dan aku hampa, tapi dalam pikiranku, semuanya berlarian tak karuan yang kemudian membentuk seonggok benang kusut yang semakin lama semakin besar.

Kau tahu?
Ini yang terakhir dan akan segera berakhir. Tapi sebelum semua itu terjadi, maafkan aku. Kemudian biarkan ku tersenyum untuk melambaikan tangan. Malam ini berakhir, aku selesai.

No comments:

Post a Comment