Matahari.
Satu pengakuan buruk selama 4 tahun ke belakang ini:
Saya tidak pernah tamat satu buku pun.
Saya tidak pernah tamat satu buku pun.
Sempat latah mengikuti teman-teman yang mulai baca buku self-improvement dengan anggapan harusnya bisa menambah skill dan saya pun jadi bersemangat sekali. Sampai pernah satu kali menggunakan jasa titip dari India karena katanya buku-buku di sana lebih murah. Begitu buku-bukunya sampai, langsung saya coba baca. Sayangnya, baru menyelesaikan dua bab, saya bosan. Rasanya mau menertawakan diri sendiri sekaligus bingung. Apakah saya sudah bosan dengan buku-buku?
Beberapa hari sebelum lebaran, akhirnya saya nostalgia dengan koleksi buku semasa SD menuju SMP. Betapa buku tidak hanya mengandung cerita di dalamnya, ia juga membuat cerita baru untuk saya. Pernah suatu ketika SMP, saya dan teman saya berangkat ke Jakarta untuk main dan pulangnya membeli buku. Nyatanya saya lebih ingat cerita bagaimana saya dan teman pergi ke sana--berdua saja, naik angkutan umum, tidak diantar siapapun, dan yang paling penting saya benar-benar tidak tahu jalan--daripada cerita dari buku itu sendiri. Rasanya seru sekali. Tidak lupa pengalaman mencari dan mengoleksi buku terbaru dari suatu seri dan rasanya puas sekali kalau sudah dapat di awal-awal terbit.
Sampai akhirnya minggu kemarin buka segel buku Matahari karya Tere Liye yang saya beli tengah tahun 2016, sebelum masuk kuliah. Lagi-lagi fiksi. Saya coba baca dan tahu-tahu habis. Ternyata saya tidak bosan baca buku, saya hanya penggemar fiksi. Saya pun langsung bersemangat untuk melanjutkan serial Bumi, namun betapa kagetnya ketika saya mengetahui sekarang serial Bumi sudah 9 buku?!
Rasanya seperti bangun dari tidur yang panjang sekali.
masih bulan Syawal.
-Nay
No comments:
Post a Comment