Laki-laki itu berdecak dalam ruang sempit. Ruangan itu cukup terang dengan sinar matahari yang menerobos masuk lewat celah-celah hatinya. Sekotak makanan dengan anggun duduk diam di dekatnya, terabaikan, hampir basi.
Kemudian dia menggertak.
Hancurkan saja!
Jangan!
Ambil saja!
Jangan!
Sudahi saja!
Konflik batin dan pikirannya begitu mengganggu. Laki-laki itu lantas menggigit bibir, mungkin tanda sewaktu-waktu dia bisa meledak. Keinginannya untuk pergi dari tempat itu muncul, tetapi sekelebat datang pikiran tentang seseorang, yang malah menahannya untuk tetap tinggal.
"Aku tidak pergi."
Kemudian dia duduk terdiam, hingga jarum panjang itu melewati angka 5 beberapa kali. Mungkin sedikit kecewa atas keputusannya untuk tinggal, sisa kecewanya dia limpahkan kepada seseorang itu. Dan dia tertidur.
Dalam tidurnya dia bermimpi, seseorang lain menariknya ke awan. Sejuk, sangat sejuk. Lalu ruangan itu menjadi gelap, bukan karena matahari yang berhenti bersinar. Tapi karena sesuatu telah menambal celah-celah hatinya. Kemudian laki-laki itu bangun dari tidurnya, menendang sekotak makanan yang kini basi, dan pergi.
25 Mei 2014.