Sunday, February 15, 2015

Besok Senin.

Selalu ada hal yang sulit dilupakan. Entah karena terlalu sedih, atau malah terlalu indah.
Relatif benar, ya?

Kalau bukan karena biologi, malam ini, bisa jadi aku sudah mimpi.
Ya, banyak yang harus dikejar ketika berlari melewati jalur yang salah, tapi aku tak rugi sama sekali, banyak hal lain yang mungkin tidak ku temukan di jalur 'sehari-hari'.

Sepuluh hari lagi.

Heran. Kenapa masih kamu.
Kamu lagi.
Kamu lagi.
Ku jadikan alasan menyeduh kopi-kopi.

Kini yang sudah lalu bisa dijadikan sebuah tempat, ya?
Namun, kabarnya jalan ke sana sedang rusak dan pemerintah enggan memperbaiki karena asik menggenduti diri sendiri. Aku juga sudah letih kembali.

Selamat melanjutkan hidup.
Besok Senin.

Tuesday, February 10, 2015

H-1

Ceritanya hari ini bolos sekolah.
Kembali ke waktu-waktu seperti ini lagi. Dengan persiapan seadanya untuk satu hari sebelum meledak.  Dia boleh kata saya main-main, lalu dia serius, saya main-main, dia kelewat serius.  'Main-main' saya sejujurnya hanya berisi asumsi 'mungkin bisa dipakai untuk masa depan', berbeda dengan orang-orang yang sudah siapkan langkah pertama, untuk masa depan, esok hari.

Masih sangat jelas bagaimana saya, dengan niat coba-coba, menulis kata yang membawa saya ke sini, hari ini. Jadi intinya, kamu dimana, sih, Nasy? Mau kemana?

Tapi biru dan kuning sudah menjadi hijau.

Bila tak ada apa-apa setelah ini,
setidaknya aku dapat teman.

H-1

dido'akan selalu, untuk teman-teman senasib seperjuangan.

Sunday, January 18, 2015

Snippets.

Worst lighting ever. And even photoshop didn't make it, so didn't I.

Terlibat pembicaraan setengah serius dengan kawan.

"Kalo mau dapet dukungan, ke sana aja, woles pasti didukung kok, tapi jangan harap dari gua."

Iya.

"...ya terserah lu mau dengerin kata gua, apa dia yang gak tau lu sama sekali?"

Iya, lu, iya.

"...gua cuma ingetin aja..."

Iyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.

Dua minggu ini sedang dicereweti terus setiap hari.  Sampai bikin kuping panas.  Bosan dengarnya.  Tapi sebenarnya jauh dalem diri gue, gue butuh omelan-omelan sepele macam itu.  Beruntung masih punya mereka yang peduli di saat gue kurang peduli terhadap diri sendiri.  Mulai dari yang ngomong halus-halus, yang agak tinggi, sampai yang bertensi dan bikin kesal sendiri.  Beruntung pula masih punya mereka yang selalu sedia mendengarkan, walaupun gue tahu mereka bosan dengar cerita yang sama-sama saja.

Selepas itu, hal baru yang gue pelajari minggu ini adalah sahabat bisa jadi bahan bakar paling baik, bisa pula penghancur paling ampuh.  Sahabat bisa jadi pembawa kepada yang baik, bisa pula sebaliknya.  Tapi, sahabat yang baik adalah yang akan membawa sahabatnya kembali ketika berbelok di tikungan yang salah.

Terima kasih yang sudah repot-repot berbusa dan mau mendengarkan.
Terlebih si cina nigga, yang frekuensi omelannya ngalahin jadwal makan tiap hari.
Katanya, sih, lagi dibantai habis-habisan.
Semoga pulang diklat udah gak jomblo lagi.

-Nay