Friday, January 10, 2014

Toleransi.


Lima belas tahun dibesarkan oleh toleransi, saya akhirnya terpaksa untuk sadar bahwa dunia ini tidak bisa digenggam hanya dengan bermodal toleransi.  Toleransi yang diikuti dengan rasa tanggung jawab tidak cukup untuk meluluhkan beberapa orang yang menganggap toleransi adalah bentuk lain ketidaktegasan.  Bukan ketidaktegasan, Pak, Bu, tapi memahami kondisi orang lain yang sedang dalam keterbatasan untuk melakukan sesuatu hal.  Toleransi ada bukan untuk dicap sebagai hal jelek, tetapi untuk dilakukan bagi mereka yang masih punya hati nurani.  Bukan memaksakan harus toleransi, Pak, Bu, tapi setidaknya toleransi itu ada, dan meskipun toleransi saja tidak cukup, tapi kita semua butuh.  Mengingat kita sesama manusia, sesama makhluk Tuhan, berusaha untuk saling toleransi dan menghargai, tapi juga bertanggung jawab kepada sesama dan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.  Apalagi dengan pembiasaan sejak dini, ditanamkan pada mereka yang banyak meniru, daripada harus menonton pria berjoget dengan gerakan yang sama selama 7 bulan itu.  Maka, Pak, Bu, tidak perlu nada tinggi dan naik darah, kerut di wajah juga bisa hilang, dengan mengembalikan toleransi pada tempatnya.

No comments:

Post a Comment