Tuesday, November 3, 2020

Tik.

Semarang.

Jika kau diberi satu permintaan, apa yang ingin kau minta?

Hari itu hari Sabtu, hampir jam 12 malam. Di sebuah kedai yang masih ramai, suara air hujan menghantam atap bangunan terdengar seolah bersorak bersama suara manusia-manusia bersenda gurau setelah delapan bulan karantina. Satu satunya keheningan malam itu berada di meja nomor dua, di antara seorang laki-laki dan perempuan.

Hari itu sudah berulang sembilan kali. Percakapan yang sama, hati yang sama.

"Kenapa kita harus seperti ini, ya?" tanya sang wanita memecah keheningan.

Pertanyaan itu sudah ia lontarkan sembilan kali. Ia tak punya kontrol terhadap hidupnya sendiri. Wajahnya mengisyaratkan kelelahan yang ia tak tahu sebabnya.

Sang lelaki diam dan memejamkan mata. Ia tidak siap untuk melanjutkan hari. Ia tidak siap untuk apapun setelah ini. Lantas dengan keegoisannya ia menjadikan malam itu abadi.

Karena ia tahu, setelah malam ini, wanita itu akan pergi seperti sebelumnya. Satu-satunya hal yang ia takutkan, meninggalkan lubang besar dalam diri yang siap menarik kesadarannya kepada memori lampau dan kisah-kisah bilamana, berulang kali, tanpa permisi. Dan di sisa hidupnya, dia akan memutar skenario bilamana seperti kaset kusut. Sekusut hati dan pikirannya yang diacak-acak oleh realita.

Percakapan itu terus berlanjut. Sang lelaki tak berani melihat wajah lawan bicaranya. Ia adalah manusia paling jahat. Pertanyaan dan jawaban itu terus berulang, tidak ada yang berubah, pun kenyataan, hanya wajah-wajah yang semakin lelah. Ia tetap takut. Ia tidak siap.

"Lo akan pergi lagi?"

Sebuah pertanyaan retorik dilontarkan. Sang wanita tak menjawab, meninggalkan kekosongan pada diri sang lelaki. Hanya wajahnya semakin lelah dan ingin menangis, namun tak tahu apa yang ia tangisi.

Sudah sembilan kali, dan di setiap kalinya sang lelaki mencoba menerima bahwa wanita yang kini mematung di seberang meja, harus melanjutkan hidup tanpa dirinya. Sang lelaki lah satu-satunya yang akan tersiksa. Karena semesta selalu menuntunnya untuk kembali kepada sang wanita, tapi sebaliknya wanita itu ditakdirkan untuk tak akan pernah menyadarinya.

"Kita gimana?"
"Gue percaya lo bisa mendapatkan kebahagiaan lo, Ra," jawab sang wanita.

Sang lelaki memejamkan mata lagi untuk melihat ke dalam dirinya sendiri. Dihirupnya udara lembab malam itu, dalam-dalam, sebanyak banyaknya, dan mengisi pundi-pundi nafasnya. Egoisme perlahan melonggarkan cengkraman pada hatinya. Ia sudah tak mampu lagi.

Bersama cahaya lampu yang redup dan pagar hati yang kini rumpang. Diiringi suara hujan dan peraduan sendok garpu. Jam menunjukkan angka dua belas lewat satu.

Hari itu hari Minggu.

Sunday, November 1, 2020

Satu-satu

I start painting. Sorry for the mess.


Seharusnya ia tahu,
mereka hanya sepasang garis dengan gradien berbeda,
dan pernah berjumpa di koordinat yang sama.

Dijadikannya pembelajaran bagi diri sendiri,
kemiringan yang berbeda itu adalah bahasa,
dan kata-kata,
yang seharusnya bisa diungkapkan agar selaras.

Namun, ia menolak.
Meninggalkan tangkai tanpa bunga,
daun tanpa tulang,
dan hati tak bernama.

Yang tertinggal selamanya akan menjadi hal yang tak bisa ia pahami.
Meski jawabnya berdiri menatapnya dalam-dalam,
tapi ditutupnya indera rapat-rapat,
dan perasanyaannya disimpan,
dikumpulkan,
didiamkan agar tumbuh,
menjadi satu-satunya hal yang bisa ia kisahkan.

Sunday, June 28, 2020

Pagi ini.

Not mine - credit: google.com

Namamu berkumandang di tengah pagi,
terangin-angin di udara,
menyapa burung-burung,
menghinggapi awan.
Lantas jatuh bersama hujan,
bersama derasnya mengaliri atap,
berlarian di jendela,
lalu basah bercampur air mataku.

Selamat pagi.

Friday, June 12, 2020

Bintang.

Matahari.

Satu pengakuan buruk selama 4 tahun ke belakang ini:

Saya tidak pernah tamat satu buku pun.

Sempat latah mengikuti teman-teman yang mulai baca buku self-improvement dengan anggapan harusnya bisa menambah skill dan saya pun jadi bersemangat sekali. Sampai pernah satu kali menggunakan jasa titip dari India karena katanya buku-buku di sana lebih murah. Begitu buku-bukunya sampai, langsung saya coba baca. Sayangnya, baru menyelesaikan dua bab, saya bosan. Rasanya mau menertawakan diri sendiri sekaligus bingung. Apakah saya sudah bosan dengan buku-buku?

Beberapa hari sebelum lebaran, akhirnya saya nostalgia dengan koleksi buku semasa SD menuju SMP. Betapa buku tidak hanya mengandung cerita di dalamnya, ia juga membuat cerita baru untuk saya. Pernah suatu ketika SMP, saya dan teman saya berangkat ke Jakarta untuk main dan pulangnya membeli buku. Nyatanya saya lebih ingat cerita bagaimana saya dan teman pergi ke sana--berdua saja, naik angkutan umum, tidak diantar siapapun, dan yang paling penting saya benar-benar tidak tahu jalan--daripada cerita dari buku itu sendiri. Rasanya seru sekali. Tidak lupa pengalaman mencari dan mengoleksi buku terbaru dari suatu seri dan rasanya puas sekali kalau sudah dapat di awal-awal terbit.

Sampai akhirnya minggu kemarin buka segel buku Matahari karya Tere Liye yang saya beli tengah tahun 2016, sebelum masuk kuliah. Lagi-lagi fiksi. Saya coba baca dan tahu-tahu habis. Ternyata saya tidak bosan baca buku, saya hanya penggemar fiksi. Saya pun langsung bersemangat untuk melanjutkan serial Bumi, namun betapa kagetnya ketika saya mengetahui sekarang serial Bumi sudah 9 buku?!

Rasanya seperti bangun dari tidur yang panjang sekali.


masih bulan Syawal.
-Nay

Tuesday, June 2, 2020

Bertamu kepada Juni.

Tokyo Street Black White Night Pictures | Download Free Images on ...
Not mine.

Juni. Rasanya 2020 sudah hitam sekali. Selepas lima bulan yang sudah berlalu, banyak sekali kata “hampir”—hampir menyerah, hampir bisa, hampir selesai, hampir sampai—tapi kan hampir tidak pernah cukup? Di situ pula rasanya fisik sudah tidak mampu, batin sudah tidak kuat. Hal-hal yang ditakutkan seolah air bah yang tumpah ruah menyapu gubuk-gubuk mimpi.

Aku tidak suka. Aku harus apa?

Nas, coba lihat. Bisa kan dilalui? Bisa kan selesai? Buat apa menyesali hal sulit di masa lalu kalau hasilnya sudah bawa kamu sampai sini? Masa bodoh orang lain.

Tapi rasanya ini tidak adil.

Kamu kan belum tahu rasanya seperti apa.

Aku tahu.

Memangnya kamu ini apa? Sok tahu. Kalau sudah tahu apa yang baik, hidup mana seru.

Begitu, ya? Aku selalu payah berkeinginan.

Berkeinginan saja, berkeinginan kan bukan kejahatan. Walaupun rasanya berat dan tidak sebanding, tapi percaya saja, yang terjadilah yang terbaik. Kalau di lain sisi terlihat lebih mudah, perlu kamu tahu, mungkin mereka tidak sekuat kamu. Perlu diyakini bahwa suatu saat kamu akan suka. Hal-hal seperti ini terjadi ribuan kali, pasti siapapun bisa. Hanya perlu dilewati saja.

Dilewati, lalu kemana?

Itu pilihanmu. Kamu yang tentukan. Kalau sudah, kabari Tuhan, jangan kabari aku.


Semoga di sisa 2020 ini bisa lebih berwarna untuk kita semua.
Selamat datang Juni, semoga hal-hal baik datang bersamamu.
Dunia sudah lelah.

-Nay

Thursday, April 30, 2020

The Black Dress

"Lost count of quarantine days, too lazy to get up from bed, what should I do next?"

"Making a new dress seems good. Let's get some inspirations."

"That one is cute"

"Oh my goodness, this isn't easy."

"I can't feel my hand."

"Here we go."



I got this cute little doll @sugarcup_id from a friend for my graduation gift.
And you can buy more clothes from the store.
It's like Barbie but it's waaay cuter.

p.s dear sugarcup_id I would love to endorse your product for free. Girls need new clothes :)

-Nay

Tuesday, April 14, 2020

Nocturne

Seeing Beach meets Sunset as French Fries meets Ketchup. Best couple ever.

What is the song that you will listen to every time you're having a very bad day? Or maybe that one song that will fit whatever your heart feels, let me say, your favorite of all time?

I never had one.
'Cause I got many.

But if it has to be one, I'd love to choose Nocturne Op. 9 No. 2 by Frédéric Chopin. The song may be sound dramatic but it doesn't. It somewhat feels like holding you back a little, then letting you go but then holding you again and so on. Once you will feel like it's relaxing and then suddenly there's like a passionate burst that makes you want to explode in a good way.

I like Comfortable by John Mayer too! I love the music, the lyrics, and how it's wrapped beautifully.

Besides all the emotions, moods, and expressions, I admire the memory that lingers with the song. I love memories as it waking me up to see that happiness happened. And the songs are like a simple time machine that makes you jump through times.

So, I decided to make a playlist that I used to listen to when I was in high school. Even though it's like opening myself to the world (yes, I'm that person who believes the songs you listen to describe who you are), but please, nothing makes you happier than finding someone that listens to the same old songs. It's like finding a long lost sister or something like that, isn't it?



Have a nice day.
-Nay

Monday, March 23, 2020

The Weekend

The Guard. Cute doggo.

JJS stands for Jajan Jajan Sore.

Staycation with friends means Indomie to the rescue.

Truth or dare!

BBQ-ing is our hobby.

Bumpy and uphill roads along the way just to see this nice place. But the drinks and foods are so-so with a super long queue. Insane but here we are.
p.s I took the photo y'all

Making a stop before going home at one of my favorite diner in town.

Please, planning another one, shall not we?
-Nay