Thursday, December 10, 2015

Sampai.

aku sudah sampai
tapi apalah arti tambat tali tanpa awak
di pelabuhan sebagus mereka bilang
semewah tampaknya di impian

hujan membawa angin. percepat malam.
aku kini diam
melihat para penjaga rantai ternyata batu
para penjaga intan ternyata pasir

indah tiada lagi. sendiri.
marah menyentak hening mimpi

ini lebih berharga
daripada seorang pria
hanya bisa busung dada
tapi bagaimanapun jiwa tertinggal, aku sudah sampai.


September 2013. Untuk mereka yang lebih tinggi dari pencakar langit.
Bertengger di draft sejak 2 tahun lalu.

Sunday, September 27, 2015

Senang.



Kalau bisa putar waktu. Balasan obrolan berbulan-bulan lalu yang harusnya bukan dijawab dengan jawaban standar 'hehehe':

Senang juga melihat Anda senang.

Sungguh, saya senang melihat Anda senang. Daripada tiba-tiba muncul dengan ekspresi yang harusnya galau nan muram, namun dibalik kacamata seorang yang pandai menyembunyikan, sejujurnya saya tahu benar.

Tapi kesenangan itu akhirnya benar-benar menyadarkan, bukan? Kita ini, dulunya, hanya bagian dari segelintir orang yang memiliki kesamaan dalam hal keinginan jangka pendek. Masalah-masalah yang teramat tidak penting namun menyatukan. Dan ketika kesenangan-kesenangan itu datang, dalam formasi dan kemasan yang berbeda, lantas apalagi yang harus disamakan dan disatukan?

Anda tahu? Sejujurnya saya tidak benar-benar senang. Bukan itu kesenangan yang saya maksud. Maaf saya tidak berterus terang, tapi memang tidak ada yang harus saya utarakan.  Dan kesenangan Anda yang tiba-tiba hadir, cukup mengagetkan, tidakkah Anda tahu? Sesuatu yang datang justru menghapus sesuatu yang telah ada. Tidak ada lagi tawa dan wajah-wajah mengantuk ketika si pendek menunjuk angka tiga dini hari.

Semoga kesenangan saya, seperti yang Anda katakan, bukan alasan bagi Anda untuk cepat-cepat mencari kesenangan itu, yang kini sudah tersaji dengan bumbu-bumbu manis dan aroma yang kecupannya hangat bersandar di pipi.

Semoga kini kesenangan saya terpenuhi sempurna karena melihat Anda senang.
Selamat bersenang-senang.

Sunday, September 20, 2015

(3)

Kemarin, pulang pagi tapi rasanya ada yang aneh, ya?

Selamat menjalani kehidupan baru, kawan-kawan seperjuangan.
Bukan menjadi bagian dari apa-apa, tapi menjadi satu untuk waktu-waktu yang tersisa.
Selamat memfokuskan diri pada satu tujuan di depan.

Padahal masih banyak yang belum maksimal. Masih banyak yang terjanjikan tapi tidak sempat terealisasikan. Masih banyak yang diangan-angankan tapi tidak sempat diwujudkan. Tapi waktu memang tidak bisa digenggam, kan?

Kawan, terima kasih untuk ekspresi dua tahun ke belakang.  Senang, sedih, suka, duka, haru, bahagia. Terima kasih sudah bersama-sama belajar dan menyaksikan transformasi diri masing-masing. Terima kasih sudah memberikan kesempatan memiliki keluarga yang tidak saling meninggalkan.

Selamat dan sukses untuk 6 bulan ke depan, kawan.

1/17
1/85+
Dan satu nama dari bagian-bagian kecil lainnya.

(2)

Halo sepuluh manusia-manusia hebat.
Terima kasih untuk kaki-kaki yang kalian tapakkan bersama kami setahun ini. Terima kasih atas segala perjuangannya untuk tetap bersama kami di sini.

Dik, kami tahu, kami belum bisa menjadi kakak yang 'baik' untuk kalian. Maka, jadilah kakak yang baik untuk adik kalian, yang saling menguatkan untuk menggerakan roda yang kini akan diputar kembali.

Dik, apabila di tengah nanti kalian merasa ingin berhenti, hingga kaki sulit bergerak, hingga sesak, hingga tangan tak kuat lagi menggenggam, sesungguhnya kalian akan saling menguatkan. Kami tahu itu, dan kami percaya.

Halo dua puluh empat pendatang baru.
Siapkanlah langkah kalian bersama sepuluh manusia hebat lainnya. Memulai sesuatu yang sempat terhenti, seharusnya bukan hal sulit, bukan?

Halo tiga puluh empat manusia-manusia hebat.
Kami titipkan rumah mungil kami ini pada kalian.  Bangun dan jadikan megah untuk kalian, jadikan tempat belajar untuk kalian, jadikan tempat kembali untuk kalian, jadikan hal yang akan dirindu ketika perbedaan zona menghalang.

President: Nouval Fikri Keandre
Vice President of HRD: Siti Aisyah Rahmalia
Vice President of Public Relation: R. Rafi Sageri
Vice President of IT: Ariq Naufal Satria
Vice President of Finance: Nadiva Rahma Citra
Vice President of Production: Hayfa Amirah
Vice President of Marketing: Puti Osfiani

Halo tiga puluh empat manusia-manusia hebat! Selamat menggerakan roda pembaharuan satu tahun ke depan!

(1)

Pada akhirnya penghuni yang baru akan datang, maka saatnya penghuni yang lama pergi.

Halo, Dik.
Terima kasih untuk berada di satu tahun yang mengagumkan ini bersama kami. Maafkan kakak-kakakmu dengan segala kekurangannya ini. 

Dik, kami titipkan rumah ini pada kalian. Jagalah kehangatannya dengan tawa, yang akan dirindu ketika jauh dari rumah. Jagalah kekokohannya dengan tekad, yang selalu menuntun kembali ketika bingung hendak kemana.  Jagalah seluruh penghuninya dengan kasih sayang, yang akan tunjukkan jalan untuk pulang.

Ketua Umum: M. Adhitya Dharmawan
Ketua I: Zufar Maulana
Ketua II: Dzaki Rizki Diyanto
Sekretaris I: Hana Roihana
Sekretaris II: Hanan Talida
Bendahara I: Aafini Rizqia Kamal
Bendahara II: Abdillah Naf'an
Kadep Tarbiyah: Hafizh Hizbillah
Kadep Dakwah Umum: Faza M. Allam
Kadep Inkasi: Abiyu M. Akmal
Kadep Dana Usaha: Bari Ahmad
Kadep Rumah Tangga: Ahmad Yusuf Albadri

Dik, jadilah penerus yang beribu kali lebih baik dari kami.
Selamat menjalankan amanah untuk satu tahun ke depan yang lebih baik.

Monday, September 14, 2015

Back.

Sebagian kecil kehidupan lantai satu bersama manusia-manusia dehidrasi.

Tuesday, August 11, 2015

Name


Belum pernah sekecewa dan sepasrah ini sama orang lain. Mungkin karena saya yang makin aneh. Bingung salahnya dimana, darimana, karena apa. Nyesel, ya, pernah nulis nama?

End of story.

Sunday, August 2, 2015

Speck of dust.

Ada saatnya dunia mendadak bingung mau pulang kemana.
Rasanya ingin pulang terus. Tapi gak tahu harus pulang kemana. Nyatanya yang dulu dielu-elukan 'rumah' bukan lagi rumah yang bisa dikenali. Seolah bahan-bahan metal lenyap dari dunia, sehingga metal detector di setiap gate--di seluruh dunia--tidak mendeteksi apa-apa. Metal detector pun akhirnya tidak lagi mengenali metal.

Sejujurnya sangat benci merasakan hal-hal yang sama sekali tidak penting berkali-kali.
Lagipula, rumah mana yang ingin didiami butiran debu?

Butiran debu kok bisa sampe ke Purwakarta?

Terima kasih hiburannya, kawan. But words didn't work for me anymore?

Thursday, July 23, 2015

Blink

 

Got my whole day with them and I couldn't move my right hand on the next day.
Do not pick up your 750 grams camera from 9 am to 4 pm. LOL.

Thursday, July 9, 2015

Hujan Bulan Juni

Source: Google. Not mine.

Senang begitu masuk toko buku, karya Sapardi Djoko Damono itu bertengger di banyak rak buku. Tulisan hari ini bukan mengenai novel tersebut, bukan. Terlebih karena saya belum kunjung punya, dari masalah beli online ternyata salah kirim, terus kehabisan stock di penerbit, sampai ke toko buku malah beli buku lain, yah begitu. Jadi saya gak akan komentar apa-apa dulu sampe nanti saya lahap sampai habis.

Kurang lebih saya mengenal puisi "Hujan Bulan Juni" ketika saya masih berseragam putih-biru.  Saat itu sedang pelajaran Bahasa Indonesia bersama salah satu guru yang saya kagumi.
"Kenapa harus Bulan Juni?" ujar beliau.
"Emang kenapa, Pak?"
"Karena Bulan Juni biasanya sedang musim kemarau, mana ada hujan turun musim kemarau, jarang."

Setelahnya, saya merasa sangat terkagum-kagum dengan puisi tersebut, betapa suatu hal sederhana bisa jadi sangat dalam maknanya, berasal dari keseharian yang janggal kemudian menjadi sangat berarti. Sejak hari itu, saya mencintai Hujan Bulan Juni.

Agak aneh, ya, untuk siswa SMP jaman sekarang. Saya juga heran. Tapi masa-masa SMP saya, merupakan pengalaman yang paling 'sastra'.  Guru Bahasa Indonesia saya bisa dibilang orang sastra dan merupakan salah satu guru yang punya banyak fans di sekolah. Selain masih muda, beliau juga guru yang paling dekat dengan siswa. Tak jarang pelajaran Bahasa Indonesia menjadi sesi curhat mencurhat atau sekedar ngobrol-ngobrol santai sambil makan, ya, sambil makan. 
Kalau sedang ke meja beliau di ruang guru, hampir tak pernah absen, si buku "Aku" karya Chairil Anwar yang ada di film AADC itu, bertengger di samping cangkir berisi minuman. Belum lagi koleksi buku-buku sastra lainnya yang kadang dibawa ke kelas. 

Pelajaran Bahasa Indonesia ala beliau bisa dibilang jauh dari kata membosankan. Salah satu materi yang saya suka adalah menganalisis karya sastra, lagi dan lagi salah satunya adalah puisi.  Hari itu belasan puisi ditampilkan dengan proyektor yang biasanya malah bikin ngantuk.  Sampailah pada puisi "Padamu Jua" karya Amir Hamzah.

"Coba kalian baca, kira-kira tentang apa puisinya?" tanya beliau. Satu dua orang menjawab tentang rindu akan kekasih, tentang cinta, dan lain sebagainya.
"Jawabannya belum tepat. Coba perhatikan lagi di kalimat 'serupa dara di balik tirai'. Puisi itu biasanya menggunakan bahasa kiasan, artinya bukan sebenarnya. Kalau di situ ditulis dara, berarti yang dimaksud bukan dara....."

Lalu beliau panjang lebar menjelaskan sampai akhirnya berkesimpulan bahwa dara yang dimaksud adalah Tuhan.
Lagi-lagi saya terkagum-kagum terhadap sebuah karya sastra dengan diksi dan maknyanya yang luar biasa, bagi saya tentunya.

Kemudian, selain guru saya, saya juga memiliki sebuah tim musikalisasi puisi, kurang lebih begitu. Hampir tak pernah absen tim kelas saya tampil di acara-acara yang diadakan oleh sekolah. Terlebih, salah satu kawan saya adalah anak dari salah seorang penyair Indonesia.  Sebagai motor tim kami, biasanya dia dan saya mengaransemen puisi yang telah dibuat atau dipilih kawan yang lain. Sampai mentok-mentoknya hilang inspirasi waktu cari nada, diksi, malas latihan, suara sumbang, senar putus, tamtam jebol, sudah kami rasakan semuanya. Lalu, pernah suatu kali, saya tahu harusnya hari itu kami mendapat materi musikalisasi puisi pada pelajaran Bahasa Indonesia, namun guru kami malah melewatkan materi tersebut.  Tapi tak ada yang bertanya, saya pun diam-diam saja.

Sejak hari-hari itu, saya jadi cinta betulan.  Sampai baru-baru ini, seorang kawan bertanya, "Nas, Sapardi Djoko Damono bikin novel?"
Saya kaget. Ternyata salah satu kawan saya yang punya toko buku online mem-posting buku tersebut dengan tambahan '10% off'. Tanpa ragu, saya pesan. Tapi pada akhirnya, setelah yang sampai malah sepilihan sajak--bukan novel, dan segala printilan yang tidak penting, saya pun belum juga lihat isinya. Kudu sabar, hehehehehehehe.

Sudah dulu panjang lebarnya.
Sudah masuk 10 hari terakhir.
Besok masih harus puasa, kan?

Tuesday, June 30, 2015

Paws and Claws

So much for summer vacation? No no no.
Ceritanya di hari ke-13 puasa ini gue dedikasikan buat men-list beberapa cinematic technique termasuk do that melongo activity to a video analisys about Steven Spielberg's techniques and themes. Dan diteriakin Bunda beberapa kali gara-gara keasikan. Terus gue lanjutin dengan latihan colour grading di video editor yang gue pake saat ini, pake video hasil syuting kelas gue kemaren hahahehehuhuhoho. Well, watch my class' film here.

Tapi bisa jadi ini adalah minggu-minggu gue break sama kamera, since gue belum nge-shot apapun dari sejak pertama puasa sampe sekarang (bukber dkm is not counted). Entah lighting yang lagi ngambek sama gue sekarang (karena setiap gue mau nge-take, lightingnya selalu jelek walopun udah dipundah-pindah, puter-balik, ganti waktu dari pagi sampe sore), atau emang semesta aja yang gak pengen gue nyentuh-nyentuh itu dulu hm.

Playlists:
1. Siapkah Kau 'Tuk Jatuh Cinta Lagi - Hivi!
2. Twerk It Like Miley - Brandon Beal ft. Christopher (Siapapun yang pertama kali men-add sound ini ke dubmash, semoga hidupnya bahagia)
3. Moonlight Sonata - Beethoven

Friday, June 19, 2015

Naskah, Dee, Argumentasi, dan Kamu.



Malam tadi ku dedikasikan untuk film-film buah karya kawan satu kelas dan satu angkatan yang tentunya terkategorikan amatiran namun cukup buat bangga.  Selain karena fisik yang tengah terbatas, lagi dihapus dosanya, begitu kata seorang kawan, tapi juga hari-hari dimana jam tidur berkurang sudah lewat.

Bisa santai lagi, Nas.

Tapi kalau begini, terpaksa santai lebih tepatnya.

Sampailah peluncuran kali ini pada satu link hasil unggahan kawan.
"Gua geli, Nas, liat gua sendiri di film." ujarnya.

Hingga hampir penghujung film, muncul sebuah dialog yang cukup familiar, mungkin sangat familiar.  Mengingatkanku akan punggung-punggung ayam yang mendefinisikan ayam secara keseluruhan.
Aku turun dari tempatku sejak 60 menit yang lalu dan setengah berlari mengambil buku hasil pinjaman dari kawan yang baru ingat belum sempat ku kembalikan.
Tiba-tiba sesuatu terasa sangat menusuk tenggorokan, muncul dari dalam, membuatku terbatuk-batuk, seraya memegangi buku tersebut, ku ambil gelas berisi air putih yang sudah ku siapkan sejak tadi. Lantas ku cari judul cerpen yang hingga saat ini masih terasa begitu nyata.  Kemiripan akan kenyataan tersebut hanya menimbulkan ngeri. Kengerian bahwasannya hal itu terasa begitu benar dan dapat dijadikan alasan semesta sejenak diam.

Layaknya seorang perfeksionis yang nyatanya ingin segala-galanya terlihat sempurna, padahal keterbatasan adalah hal yang mustahil dimusnahkan dari kehidupan duniawi. Dan seorang pemimpi besar yang pada akhirnya hanya sanggup menggapai kuku jari kaki impiannya.

"Sahabat saya itu adalah orang paling berbahagia.  Ia menikmati punggung ayam tanpa tahu ada bagian yang lain.  Ia hanya mengetahui apa yang sanggup ia miliki...."

Lalu apa guna impian dan keinginan jika tidak dapat tergapai? Selain dilatih bersyukur oleh Yang Maha Kuasa?

"...Saya adalah orang yang paling bersedih, karena saya mengetahui apa yang tidak sanggup saya miliki."



Bogor, 19-6-15, belum boleh puasa.

Sunday, June 14, 2015

Rock

Today called like a free and happy bird and all I knew I was ranting nonsense.
This is the last Sunday before the Ramadhan and I had 'cucurak' with my departement in my organization after having 1.5 hours on the road suffering from the heat, since my dad only drove me a half way from home.

And also yesterday was really satisfying, mom and me picking up some new frames for decoration and I was hyped up because that means I had to pick some photos up from my dusty folder and print. I just didn't wanna go out of the store, I felt so alive.

So, this is just 6 days before the break and I don't think any of the positive thing or being productive or something. I've been disappointed so many times and lately thinking its frequency was getting high. I'm running out of that friggin holiday spirit, so I just wanna burry myself and die


among the books.
And I don't wanna go to school either.


It's getting darker and darker.
6/14/15

Friday, May 29, 2015

Tracker

Well, it's been too long since the last time I had my photoshoot. Working on a plan with Fiyandi to hunt some places! Can't wait!

Having two really messed up weeks (and still counting since the final exam starts today) with a final assigment given by my language teacher. Doing a film project in less than 3 weeks before the final exam is similar with do the harakiri for me. But, amazingly, me and my team (the scenario team) had done the scenario in only a week, since this ain't a short movie but a real movie so it should be made into 1 hour and more.

And our journey started from renting a public transportation, a cafe, a small theatre, and the stupidest thing was we were not allowed to take any scene at Stasiun Bogor, so we took a risk by taking a scene in the train without any permission, oh gosh. And we kept figuring out how to deny the security guard, this was totally insane but fun. But, in the end, we got off the train at Stasiun Universitas Pancasila and got the permission from the security guard. All in all, this is insane but I bet this would be the thing I'm gonna miss.

P.S photos will be uploaded soon.
XX.

Sunday, May 10, 2015

The Week

The student council held a social event on Thursday. Too bad I was late to register for 'Smansa Mengajar' and got too envy with those who got the chance. So, we celebrated the day without OB by cleaning the class, the school, the canteen, and then we cooked.


The Teacher.

Tasha was being Tasha. (Pardon Hasri's face).

Adera on the stage.

Wednesday, April 22, 2015

Popcorn Manis


(Pic from Tumblr)

Tak pernah benar-benar lupa, kan? Sampai detik ini pun ternyata masih belum bisa.  Kadang rasanya seperti orang paling munafik satu semesta. Seperti menutupi lubang dengan papan kayu tipis. Serupa hilang, tapi lubangnya tak akan kemana-mana.

Seperti popcorn manis, yang rasa manisnya selalu teringat di lidah, yang aromanya selalu dirindu, bahkan setelah berbulan-bulan tak makan, tak beli.

Popcorn manis.
Popcorn manis.
Popcorn manis.
Popcorn manis.
Popcorn manis.
Kita makan sama-sama, ya?
Bunda, Nasya mau popcorn manis. Boleh?

22 April.

Thursday, April 16, 2015

A Long Visit


Not mine. So, it's been almost 6 months since the last time I logged in to my tumblr account, or I don't know, is it hurt to remember?

Terbesit ratusan kali pembicaraan antara dua orang yang bisa jadi dikagumi dan perlu diucapi terima kasih sebanyak-banyaknya:

A : Gimana caranya, sih, lu bisa kayak gini?
B : Ya, waktu yang lain tidur, lu belajar.
....

Rasanya sudah berbulan-bulan dijadikan alasan untuk tetap terjaga meski tertidur pula akhirnya.  Kurang apa, ya? Ada yang kurang. Bukannya mencari-cari yang hilang, malah sampai ke sini, malah nulis di sini, ya sudah.
Kemarin angkatan atas sudah UN, ya? Semoga hasil yang didapat setara dengan ratusan ember keringat dan jam-jam tidur yang hilang ya, A, Teh.
Ngomong-ngomong sudah mau SD2015. Masih belum ngapa-ngapain hehe maafin gabut, minggu depan janji gak gabut kok, janji.

....
A : Wedeh, tuh guys, dengerin.
B : Haha kak, tapi waktu yang lain belajar, lu tidur.

Kemudian kami semua tertawa.
Seperti sudah lama, ya?

Friday, April 10, 2015

10th

Loving the morning light through the window.

Got my mid-semester report and school until 11 am. And the day was continued by having a quality time with Dita, Akbar, and Rifqi yesterday (it was actually eating, karaoke-ing, and getting wet by the rain if it was counted) after the announcement of the olympiad thing and none of us were selected. It was actually fun to remember since our laughters were mostly caused by that *huehe*.

Akbar drove me home for a halfway and I arrived around 6 pm and I didn't get changed until 7.30 pm (it was a uniform oh gosh).  Feeling your butt was darn heavy and you know the pain exactly.

But, here is to the start of the break that I'm determined to enjoy, yeah! Maybe I'll continue my reading because a weird me reading 4 books, different genres, in my busy time. Somebody should hit me on the face. Or maybe I'll cook some foods with my cooking partner, April, since we will be home on Saturday until Tuesday before we go back to our cities. And my Jogja friend would be home too until next week and I really can't wait to see her soon. Or maybe I'll go to some places with April too since we are partner in everything and our moms always having some good conversations. But maybe, I'm not going to do some outside activities because there are so many dues awaited, I'm crying.

It's been 2 weeks since my chairmate, Pupi, moved to Canberra. And I still can't figure out how to sit alone.

Happy holiday, xx.

Tuesday, April 7, 2015

Tape.

Tape?

I was doing my math homework when Abi uploaded the file-that-everyone-has-waited-for.
Then God answers me,
Hello Industrial Engineering.

After giving some congratulation things, showing that I'm okay, no, really, I'm totally okay. I immediately made a call with mom in a few minutes, thinking maybe I could continue my work but I saw my computer called and ended with my fingers tapping on the keys.

Does it seem like a selfish me, playing around with thing that other people think it's fucking important, and I didn't take it seriously even once or twice, and people were like, pass me the fucking chance and the fucking time. eheh.

In the end, there would be no one of us flying to see the city of Jog :(
but guys, finally, see you at ITB.

Monday, March 30, 2015

Bintang

Kepada kawan yang sedang merangkai bintang-bintang dengan nama seorang gadis, apa kabarnya?
Aku punya sebuah cerita.
Hari ini aku lihat kembali senyum yang sudah terlalu dirindu. Rasanya hilang semua kesal dan panas di hati setelah tahu adanya begini. Tapi, terlepas dari hujan-hujan, aku ingin bertanya sesuatu. Apakah bulan yang rindukan bumi terlihat jahat ketika dirinya dirindukan venus?

30/3

Wednesday, March 18, 2015

H-1 (Lagi)

20.47
Merasakan yang seperti ini lagi. Lain cerita mengenai bolos berhari hari dan bolos uts. Harus nambah speed biar terkejar, tapi fokus ke depan dulu, ya? Hah buyar saja semuanya.

Malam ini, satu kamar dengan dua kawan dari bidang yang sama. Satu kawan sudah tidur pulas, puas dengan ratusan soal yang dikerjakan dari hari hari yang lalu. Satu kawan lagi masih sibuk membolak balik kertas soal tahun tahun sebelumnya, lengkap dengan pembahasan.
Kemudian si saya, yang kini menulis, dengan buku 700 halaman terbuka dipangkuannya, dilirik-lirik, tapi dibalik halamannya kadang enggan.

Kawan fisika dan biologi sudah pulang tadi sore. Tinggal si komputer yang pasti sibuk dengan pensil dan soal, atau malah bersiap tidur untuk bangun besok pagi?

Sudah cukup tentang orang-orang. Akhirnya H-1 lagi. Semoga bisa sampai ke Jogja bersama doa-doa. Kalau ternyata tidak, nanti beli tiket sendiri saja. Kita jalan-jalan, sekalian jenguk kawan lama. Tapi usaha harus tetap ada kan, ya? Apapun hasilnya, Allah selalu tahu yang terbaik.

Dan setidaknya, ada kawan dan pengalaman yang tak tergantikan.

Dinasti; Bogor, Depok, Bekasi.

Purwakarta, Maret 2015.

Saturday, March 14, 2015

In between.

Having lunch at one of my mom's favourite resto and it was quite famous in Lampung when she was there. Mom told me it didn't change that much unless seeing a few people coming. Nothing lasts forever.

Memberikan jawaban ketika seseorang melontarkan pertanyaan, tidak semudah menggaruk punggung tangan yang gatal. Dan meskipun pilihan jawaban hanya ya atau tidak, tapi rasanya butuh ratusan tahun untuk memikirkan, dan puluhan tahun untuk merealisasikan. Macam inside lag dan outside lag kebijakan fiskal, ya? Otakmu dan pemerintah sama leletnya-kah, Nas? Maafkan sudah H-5, materinya sudah dibawa makan, tidur, dan jalan-jalan dalam mimpi, rasanya mau tumpah-tumpah.

Kemudian tersandung dan terselamatkan oleh yang tiba-tiba muncul:


Bisa tentang apa saja, bahkan jalan layang yang kini sudah terlanjur dilalui. Kabar baiknya, tidak ada macet, cukup hemat waktu, ya? Kabar buruknya, lupa liat traffic sign, jadi belum tahu munculnya di sebelah mana. Bisa pula tentang kisah si anak hujan, sudah terlanjur kecipratan, bingung mau pulang saja atau lanjutkan hujan-hujanan?

Updates:
1. H-5 sangat loyo.
2. Habis ambruk, semoga cepat kembali.
3. Pengen pulang, sangat.
4. Playlist:
Pelangi di Matamu - Jamrud
Photograph - Ed Sheeran
FourFiveSeconds - Rihanna ft. Kanye West ft. Paul McCartney

Sunday, March 8, 2015

Meow


Itsar was taking picture and Ucup was being Ucup.
And he made me fall in love with that fucking 50mm fixed lens again.
Ayo nabung.

Friday, March 6, 2015

Ninja Biru

I couldn't bear the light and turned it into pink, and failed.

Aku tak bisa membacamu,
baik seperti rangkuman biologi,
seperti novel remaja,
seperti komik,
seperti buku pengantar ekonomi,
bahkan seperti manual book pun tidak.

Kenapa kamu sulit sekali untuk dibaca?
Kenapa kamu sulit sekali untuk diterka?

Mungkin ini salah satu cara Tuhan agar kita tetap saling mendo'akan, bukan?

Teruntuk Kamu yang ahli berlari seperti ninja dan senyuman yang selalu buat rindu.

Thursday, February 26, 2015

Fri-Thu

(Ceritanya) Studi Banding.

The class.

Bali?


'Ayo kita lari ninja!' sangat bebek-_-

Happy birthday, Akbar Ghifari!

Ketua panitia, cie amat.


Tiga hari di Bali dan di perjalanan berhari-hari, akhirnya saya mengerti.
Susah, ya? Punya banyak orang-orang kesayangan.
Semoga selalu bisa bagi waktu untuk mereka.
Semoga tidak bosan-bosan.


Februari 2015.

Sunday, February 15, 2015

Besok Senin.

Selalu ada hal yang sulit dilupakan. Entah karena terlalu sedih, atau malah terlalu indah.
Relatif benar, ya?

Kalau bukan karena biologi, malam ini, bisa jadi aku sudah mimpi.
Ya, banyak yang harus dikejar ketika berlari melewati jalur yang salah, tapi aku tak rugi sama sekali, banyak hal lain yang mungkin tidak ku temukan di jalur 'sehari-hari'.

Sepuluh hari lagi.

Heran. Kenapa masih kamu.
Kamu lagi.
Kamu lagi.
Ku jadikan alasan menyeduh kopi-kopi.

Kini yang sudah lalu bisa dijadikan sebuah tempat, ya?
Namun, kabarnya jalan ke sana sedang rusak dan pemerintah enggan memperbaiki karena asik menggenduti diri sendiri. Aku juga sudah letih kembali.

Selamat melanjutkan hidup.
Besok Senin.

Tuesday, February 10, 2015

H-1

Ceritanya hari ini bolos sekolah.
Kembali ke waktu-waktu seperti ini lagi. Dengan persiapan seadanya untuk satu hari sebelum meledak.  Dia boleh kata saya main-main, lalu dia serius, saya main-main, dia kelewat serius.  'Main-main' saya sejujurnya hanya berisi asumsi 'mungkin bisa dipakai untuk masa depan', berbeda dengan orang-orang yang sudah siapkan langkah pertama, untuk masa depan, esok hari.

Masih sangat jelas bagaimana saya, dengan niat coba-coba, menulis kata yang membawa saya ke sini, hari ini. Jadi intinya, kamu dimana, sih, Nasy? Mau kemana?

Tapi biru dan kuning sudah menjadi hijau.

Bila tak ada apa-apa setelah ini,
setidaknya aku dapat teman.

H-1

dido'akan selalu, untuk teman-teman senasib seperjuangan.

Sunday, January 18, 2015

Snippets.

Worst lighting ever. And even photoshop didn't make it, so didn't I.

Terlibat pembicaraan setengah serius dengan kawan.

"Kalo mau dapet dukungan, ke sana aja, woles pasti didukung kok, tapi jangan harap dari gua."

Iya.

"...ya terserah lu mau dengerin kata gua, apa dia yang gak tau lu sama sekali?"

Iya, lu, iya.

"...gua cuma ingetin aja..."

Iyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.

Dua minggu ini sedang dicereweti terus setiap hari.  Sampai bikin kuping panas.  Bosan dengarnya.  Tapi sebenarnya jauh dalem diri gue, gue butuh omelan-omelan sepele macam itu.  Beruntung masih punya mereka yang peduli di saat gue kurang peduli terhadap diri sendiri.  Mulai dari yang ngomong halus-halus, yang agak tinggi, sampai yang bertensi dan bikin kesal sendiri.  Beruntung pula masih punya mereka yang selalu sedia mendengarkan, walaupun gue tahu mereka bosan dengar cerita yang sama-sama saja.

Selepas itu, hal baru yang gue pelajari minggu ini adalah sahabat bisa jadi bahan bakar paling baik, bisa pula penghancur paling ampuh.  Sahabat bisa jadi pembawa kepada yang baik, bisa pula sebaliknya.  Tapi, sahabat yang baik adalah yang akan membawa sahabatnya kembali ketika berbelok di tikungan yang salah.

Terima kasih yang sudah repot-repot berbusa dan mau mendengarkan.
Terlebih si cina nigga, yang frekuensi omelannya ngalahin jadwal makan tiap hari.
Katanya, sih, lagi dibantai habis-habisan.
Semoga pulang diklat udah gak jomblo lagi.

-Nay